Benarkah jika Palestina Merdeka, Kiamat Sudah Dekat? Ini Penjelasannya
Jika Palestina merdeka, berarti kiamat sudah dekat.
Ungkap beberapa orang sambil menyertakan hadis atau sabda Nabi. Apakah benar demikian?
Seorang Da’i asal Mesir sekaligus Pemegang Ijazah sanad dari Ulama Al-Azhar Kairo dalam ilmu (Fiqih — Hadis — Sirah — Tazkiyah — Aqidah — Nahwu), Ustaz Muhammad Alfuli mengatakan, narasi tersebut kurang tepat, meski disebutkan dalam hadis sekalipun. Sebab menurutnya, apabila seseorang sedang mempelajari ilmu hadis, maka mestinya ada guru yang mendampingi.
Ia juga mengatakan, justru narasi-narasi tersebut disukai oleh kaum zionis hingga menjadikan seseorang memiliki rasa keragu-raguan.
“Ini narasi yang sangat disukai oleh zionis ‘untuk apa umat islam terbaru-buru membebaskan Palestin, karena kalau Palestina bebas, saya belum siap untuk kiamat’,” kata Muhammad Alfuli seperti dalam tayangan YouTube-nya, bulan lalu (11/9).
Apa saja hadis yang menjadi perbincangan itu?
Adapun hadis menurut dia yang menyinggung masalah kemerdekaan Palestina dan tanda-tanda kiamat diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Kutipan lengkapnya sebagai berikut:
“Hitunglah 6 perkara yang akan timbul menjelang hari kiamat: kematianku, pembebasan baitul maqdis, kematian masal yang menimpa kalian seperti penyakit scrapie pada domba, melimpahnya harta hingga seseorang diberi 100 dinar namun masih murka, kemudian terjadinya fitnah yang tidak menyisakan satu rumah pun milik bangsa Arab kecuali dimasukinya, kemudian perjanjian damai antara kalian dan Bani Aṣfar (Romawi), lalu mereka mengkhianati kalian. Mereka datang membawa 80 panji, setiap panji membawahi 12000 tentara.”
Dari hadis tersebut, Muhammad Alfuli menjelaskan tanda-tanda kiamat bahkan sudah ada setelah kematian Nabi terakhir umat muslim, Nabi Muhammad SAW.
Narasi “Pembebasan Baitul Maqdis (Masjid Al-Aqsha)” di Kota Tua Yerusalem, pertengahan wilayah Palestina ini yang menjadi perdebatan panjang. Padahal, makna ‘pembebasan’ dinilai terlalu abstrak dan bahkan pada zaman sebelum Palestina dijajah oleh zionis, wilayah ini telah mengalami pembebasan sebanyak tiga kali.
“Palestina pernah dijajah Romawi dan dibebaskan Umar bin Khattab, Palestina dijajah lagi dan dibebaskan oleh Salahudin Al-Ayyubi, lalu dijajah lagi dan dibebaskan tentara Khawarizm dan tentara Mesir,” jelas Muhammad Alfuli.
Lalu bagaimana dengan hadis “Kiamat tidak akan datang kecuali kalian memerangi orang Yahudi”?
Muhammad Alfuli menegaskan, ketika seseorang mengartikan sebuah riwayat hadis, maka wajib bagi Seseorang untuk didampingi guru dan tafsir ulama. Hadis ini tak bisa dijadikan pedoman jika Palestina dalam keadaan saat ini dibebaskan karena memerangi Yahudi, maka kiamat akan semakin dekat.
“Islam sudah pernah memerangi Yahudi, itu sudah pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Yang dimaksud itu perang yang sudah terjadi di zaman Rasulullah ketika sahabat memerangi Yahudi yang ada di Madinah itu, jadi itu bukan dalil bahwa Palestina merdeka akan hari kiamat,” paparnya.
Hari Kiamat, Hak Istimewa Allah
Menyadur pernyataan Muhammad Alfuli, tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi, termasuk Rasulullah dan Malaikat Jibril sekalipun. Hal ini dijelaskan dalam sebuah kisah pertemuan Rasulullah dan Malaikat Jibril dalam sebuah perkumpulan.
Perkumpulan tersebut berisi Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya. Lalu tiba-tiba seseorang (Rasulullah mengetahui bahwa Seseorang itu Malaikat Jibril namun sahabatnya tidak mengetahuinya) datang dan bertanya “Kapan hari kiamat?” kepada Rasulullah.
“Yang ditanya tidak lebih tau dibanding yang bertanya,” jawab Rasulullah.
Dengan demikian, ia menyimpulkan baik Rasulullah maupun Malaikat Jibril, tidak tau secara pasti kapan kiamat terjadi.
“Sebagai seorang muslim, tidak diperintahkan untuk memperhatikan tanda hari kiamat. Ketika ada seorang Arabi yang datang kepada Rasulullah dan bertanya ‘Ya Rasulullah, kapan hari kiamat?’ Rasulullah tidak menjawab saya tidak tahu kapan kiamat, Rasulullah tidak menjawab untuk apa tanya kapan kiamat.
Rasulullah menjawab ‘Apa yang kamu siapkan untuk hari kiamat?’,” tutup Muhammad Alfulli.
Untuk mendengarkan lebih lanjut kajian tersebut, pembaca dapat mengakses link di bawah ini.